Selamat Datang di Beragam Puisi Cahya Anindita's Blog

Rabu, 15 Mei 2019

Diantara Sembah dan Ubah

Mendingin takung pada setiap panorama
Tak bisa kusematkan begitu saja
Sekian alunan langit menoreh luka,

Sebab gelombang tak pernah berbahasa,

Berteguh hati,
hafal tentang kerikil yang harus dihindari,
Bergelayut keringat,
tanpa harus satu persatu ku ingat,

Bersenandung diantara pura mungkin sedikit melegakan rasa

Tetapi diantara awan yang kian dermawan,
Bersujud pada sekuntum harapan
Aku mengerti mana yang pantas kusebut menawan.

Teriknya mengurai dataran sendiri, 

Kearifannya merasuk bijaksana hati
diantara sembah dan ubah,
Ku pintal agar semakin berbuah...

Rabu, 12 September 2018

Sajakku terus berserah

Bias bening di ujung daun menyepi
Bergelantung menitis bibir hari
Lalu kupinang sunyi
Berharap dingin usir ilusi

Tanganku terus saja berpuisi remah-remah

Biarlah ini berdialog dalam luruh berserah
Dan waktu terus membuncah
Cumbui detik hingga detak tak berkisah

Kupaksa huruf-huruf itu memfrasa

Menggubah makna alam berkuasa
Dikoyak menggerutu merintis rasa
Pada munajat pagi, kutuang penggalan asa

Senin, 21 Mei 2018

Senja Berkhianat

Di kota tanpa nama, di sudut tembok menyimpan gema
tak tersimpan peta, meranum setiap cuaca
membias tanya tanpa perangkap jawab
mengintip rerumputan, berlari bergegas pulang

Dia itu seperti siang, awannya berserakan
pulang menjadi lawan, terus saja terulang
menciptaan jutaan gemintang berlinang

Angin malam memilah
Pada debar seirama, embun menjamur berjamaah
menjadi malam rumit berderang
sementara pinggangku perlahan kehilangan pelukan

Senjaku berpulang, mendesing menyingkap tak tertahan
untuk kesekian kalinya tertahan di tenggorokan
Aku hanya butuh waktu untuk mengeja kesendirian
saat langit menjatuhkan hujan di teras belakang

Sabtu, 20 Januari 2018

Hujan Itu Menari di Dada Kirimu

Deras berlomba berjatuhan menahan rindu
mereka berpuisi sesuai iramaku,
jarak terlipat,
biarkan rindu berkali empat,
meski ragu sempat lewat

Aku rindu kita saling menerjemahkan tarian deras
Entah puisiku menemukanmu di teras
Rapuh dihantam hujan,
rindu diterpa pelukan

Genangan terlihat akrab
menari di atas rerumputan terdekap erat,
Daun terdiam, gerimis menikam
Hanya tersenyum dengan detak tak beraturan

Sekumpulan lengah tengadah
menanti rasa ini tumpah
bertubi ranum memerah
lalu digubah berjamaah

Duhai hujan...
jangan biarkan aku terpayung mengeja sendiri
biarkan aku berdiri menikmati rintik
menari dibasah rindu menggelitik
tepat di dada kiri
tempat kuabadikan warna warni...


Minggu, 31 Desember 2017

Daun, jangan merapuh...

Didendam tempat lama,
dikoyak dahaga,
teriknya mentari mengurai dataran nada
menjadi fatamorgana

Gemerciknya menyapa bumi

Butiran bening menghantar kebugaran
untaian kata menyapa hati, 
kearifannya merasuk jiwa kebijaksanaan

Bercengkrama dengan jelaga manja

Meronanya membelai jiwa
Pendengar yang sempurna
Pemberi ruang pribadi hampa

Rindang itu terus saja menerpa, 

angin itu menghela semua 
Mengerumuni bayang, 
mengharap kian riang

Hanya terkadang,

Ada yang tak tergambarkan oleh sapuan rerantingan
Kepahitan.
Serta rumput-rumput liar yang lupa bermekaran

Setia ini luruh

bersama dedaunan jatuh
Lantas daun itu mengaduh
Tanah mengucap jangan merapuh...

Jumat, 01 Desember 2017

Pada Langit Senja, Aku Menatap Kerinduan

Sepenggal senja telah bawa aku pada ruang syahdu
mengecup sepi dalam buai dingin ruang
seperti hari lalu, kau bermain dengan kenisbian
luruh ranting kerinduan jatuh perlahan

Iringkan luka,
menderas arungi lorong sunyi,
mencari seuntai kata

Aku tahu pendar awan selimuti rasamu
butir bening tiap jengkal wajahmu
ingin ku keringkan satu satu
lalu kuusir gelisah rindu
dan singkap tabir hatimu

Sebab aku menyimpannya dalam sekerat sajak
bersandar pada pundak waktu
berbicara pada bayang 
berserak di luar jendela
tentang entah atau siapa

Gigil ruang kian mencengkeram
paksa aku pungut kantuk itu
renyai kata menelusup perlahan
terselip diantara lamunan

Pada langit senja,
aku menatap kerinduan

Sabtu, 12 Agustus 2017

Cengkramaku

Cengkramaku terhadap senja
Merekah indah jelaga jingga merona
Sejukkan suasana
Tanpa berhala

Dari detik menjadi tahun
Terngiang gemulai kata

























Tetes bening pada ujung daun
Perlahan bergelayut
Tak bisa terbangun

Makna wangi cerita
Dan tarian tiap suara
Harap menelusup pahatan kisah
Yang lama tak terjamah

Kan ku hidupkan semangkuk sajak hati
Pada perhelatan suatu saat nanti
Berharap tetes bening pada ujung daun kembali

Tuk sejukkan rindu
Yang meradang tanpa beri tahu