Bagiku waktu selalu pagi,
kala airmata bermunajat,
diantara potongan dua puluh empat jam sehari.
Waktu paling indah,
dimana terngiang menyapa
dan ku balut gigil doa,
diringi kemasan airmata.
Ketika janji-janji baru muncul,
seiring embun menggelayut di ujung daun.
Ketika harapan-harapan baru merekah,
bersama kabut yang mengambang di persawahan
hingga kaki pegunungan.
Pagi...
berarti suatu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi,
Pagi...
berarti satu malam,
dengan mimpi-mimpi menyesakkan,
terlewat lagi...
kala airmata bermunajat,
diantara potongan dua puluh empat jam sehari.
Waktu paling indah,
dimana terngiang menyapa
dan ku balut gigil doa,
diringi kemasan airmata.
Ketika janji-janji baru muncul,
seiring embun menggelayut di ujung daun.
Ketika harapan-harapan baru merekah,
bersama kabut yang mengambang di persawahan
hingga kaki pegunungan.
Pagi...
berarti suatu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi,
Pagi...
berarti satu malam,
dengan mimpi-mimpi menyesakkan,
terlewat lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar